Minggu, 29 Juni 2014

Cinta, mengapa begitu menyakitkan?

Aku menatap pemuda didepanku dengan serius, pemuda yang kata orang tidak terlalu tampan, pemuda yang begitu tengil dengan segala macam tindakan bahkan perkataannya yang lucu. Aku mengenalnya sejak awal masuk SMA tepatnya saat MOS. Aku tak mempunyai perasaan apa-apa saat itu, yang aku tau bahwa aku tak mau jauh darinya semenit saja. Sikapnya yang sangat cerewet sangat membuatku rindu, tingkahnya yang aktif juga sangat membuatku nyaman bersamanya. Entah bagaimana awalnya aku mencintainya. Yang aku tau dia selalu curhat denganku, apa saja, soal cewek, bahkan ketika dia akan pergi keluar kota dia selalu meneleponku, aku senang tatapi jengkel, mengapa dia tidak memberi tahu teman lelakinya saja! Tetapi aku sadar bahwa dia sangat menghargaiku sebagai sahabatnya. Dia tidak tampan! Tapi aku tidak peduli itu! Biarkan kata orang aku mencintai orang yang salah. Tidak aku tidak salah dia begitu baik padaku, dia begitu pengertian terhadapku! Tidak, dia tidak pengertian! Dia selalu memanggilku ketika dia membutuhkan, tetapi bodohnya aku, mengapa aku mau? Harusnya dia sadar bahwa ada orang yang mencintainya, ada orang yang begitu pengertian terhadapnya. Disini, didekatnya! "Bagaimana Dian? Aku harus berbuat apa? Dia baik, dia pengertian terhadapku. Aku mencintainya Dian." Saat dia selesai berbicara, saat itu pula aku ingin berteriak sekencang-kencangnya. 'Buka matamu, buka telingamu, buka hatimu, ada aku yang lebih pengertian daripada gadis itu!' Tapi apa daya aku tak bisa berteriak. "Lakukan yang terbaik Miko, aku selalu mendukungmu. Aku selalu ada dibelakangmu." "Oh Dian, kau memang sahabat terbaikku, kalau begitu kau harus ikut denganku saat menyatakan cinta kepada Sasha, kau harus melihat acara yang sangat membahagiakan dan menyedihkan dalam hidupku." Aku mendesah pelan agar Miko tak melihatku, mengapa ini selalu terjadi, aku benci saat Miko mengatakan sahabat, aku ingin melebihi sahabat. Mengapa Miko tak tau perasaanku? Àku lelah dengan sikap Miko. Tapi mengapa aku harus marah? Jika memang Miko tak menyukaiku, aku harus bagaimana? Bukankah cinta tak boleh dipaksakan! Malam ini begitu cepat untukku, setelah sadar ternyata aku sudah berada disebuah kafe. Tepat didepanku terlihat pemandangan yang begitu menyesakkan, disana ada Miko dan juga Sasha, anak kelas XI berwajah manis. Aku tau mengapa Miko menyukai gadis itu, dia sangat cantik jika dibandingkan danganku. Rasa sesak menyelimuti dadaku lagi, mengapa dia tidak sepertiku yang memandang orang tidak dari wajahnya! Aku mencintai Miko apa adanya. Air mataku mengalir deras ketika Sasha mengangguk, diikuti dengan senyum bahagia dari Miko. Tak perlu dijelaskan aku sudah mengerti bahwa itu pertanda buruk bagiku. Aku sudah terbiasa melihat ini sebelumnya, tetapi mengapa aku masih saja menangis? Seharusnya aku sudah kebal! Seharusnya aku tahu bahwa Miko tak pernah mencintaiku! Dan yang terpenting bahwa cintaku terhadap Miko hanya bertepuk sebelah tangan, itu yang harusnya kusadari.